Teater Satu Babak: “Formulir yang Tak Pernah Sampai”
Teater Satu Babak: “Formulir yang Tak Pernah Sampai”
Blog Article
Lokasi: Teras rumah kontrakan sempit di pinggiran kota
Pemeran:
-
Udin, pengangguran 32 tahun, mantan buruh pabrik
-
Mak Eni, ibunya, 65 tahun
-
Reni, tetangga sebelah, janda muda pekerja laundry
(Lampu menyala. Suasana malam, terdengar suara motor lewat dan ayam berkokok jauh.)
Udin (duduk di bangku plastik, menatap layar ponsel murahnya):
“Mak, pendaftaran prakerja belum dibuka lagi, ya?”
Mak Eni (menyapu halaman kecil):
“Entahlah, Din. Katanya sih nanti awal bulan. Kenapa?”
Udin:
“Ya biar bisa daftar, dapat pelatihan, dapat bantuan. Tapi tiap kali buka situsnya… error. NIK nggak cocok lah, sistem sibuk lah.”
Reni (datang sambil bawa setrika):
“Kalau daftar LGO4D mah nggak pernah error, Din.”
Udin (tertegun):
“Hah?”
Reni (tersenyum tipis):
“Iya. Aku iseng daftar LGO4D minggu lalu. Nggak harus unggah ijazah, nggak ditanya umur. Tinggal isi nama, klik-klik, selesai. Bahkan ada bonus masuk awal.”
Mak Eni (menatap curiga):
“Itu judi, ya?”
Reni:
“Mungkin. Tapi sekarang semua juga kayak judi, Buk. Nyari kerja, ikut pelatihan, ngandelin bantuan. Nggak ada yang pasti.”
Udin (diam. Menatap ponsel. Membuka browser. Mengetik perlahan: “daftar LGO4D”).
“Aku cuma pengen ngerasain satu hari... di mana aku punya kendali. Walau cuma dari angka.”
(Lampu mulai meredup. Suara kipas angin tua terdengar berdengung.)
Narator (suara dari luar panggung):
“Di negeri yang formulir resminya penuh hambatan, kadang yang tak resmi terasa lebih manusiawi.”
“Daftar LGO4D bukan hanya soal angka. Tapi tentang rakyat kecil... yang ingin merasa terdaftar, meski tak pernah tercatat.”
???? Penutup
Drama ini bukan promosi. Ini adalah potret dramatik dari realitas digital Indonesia:
Di mana rakyat justru lebih mudah daftar LGO4D daripada akses layanan resmi negara.
Apakah itu salah rakyatnya? Atau sistemnya?
Pertanyaan itu… tersisa untuk direnungkan.
Report this page